Pagi ini aku menanyakan padamu
siapa yang telah berhasil masuk kedalam hatimu? Karena secara kebetulan
tiba-tiba kau menyapaku di kolom chatting. Dan kau menanyakan kapan aku akan
singgah kembali ke kotamu? Lantas aku tersenyum. Dan kembali melanjutkan
pertanyaan sederhana yang kau jawab
dengan hal yang tidak aku duga. Kau merindukan aku. Ah jika saja aku masih
begitu polos dan lugu, pastinya aku akan sangat bahagia mendapatkan jawaban semacam
itu darimu. Kau sempurana dimataku. Dan jika saja tak terlalu banyak masa lalu
yang melewatiku, aku pasti akan sangat bangga bisa mengenalmu.
Masa lalu itu seperti sebuah
sekat untukku. Membatasi setiap ruang gerakku. Seperti sebuah cermin yang
selalu membisikan sesuatu tentang diriku. Dan menarikku jika aku telah
melampaui ambang batas. Ambang batas untuk sekedar melihat matamu. Dan masa
lalu itu seperti sebuah tali yang selalu mengikat aku untuk tidak mencoba hal
yang sangat jauh dari jangkauanku. Layakanya dirimu.
Aku tersenyum menanggapi setiap
kata yang berjajar rapi. Setiap kata yang muncul, akan memunculkan pula
rangkaian memory yang tersusun acak namun tetap berurutan.kulihat sekilas
senyumnya yang hanya segaris. Dan kulihat pula diriku yang pada saat itu masih
begitu terpaku padamu.
kulihat sepintas dimataku ada
cahaya yang berpendar. Dan kutahu bahwa itu karena dirimu. Kemudian melintas
lagi ingatan yang masih terekam jelas. Bahwa aku pada saat itu akan selalu
tersenyum ketika membicarakanmu. Ada hal yang luar biasa yang terjadi padaku
saat itu. Dan sekali lagi itu karenamu.
Terkadang aku akan begitu tidak
adil. Menilaimu tanpa ijin. Ku kira aku tak pernah tau dirimu sejauh ini. Dan setiap
kali aku memikirkan dirimu, ada banyak pertanyaan yang tak pernah mampu aku
jawab. Pertanyaan yang membuatku ciut. Dan membangkitkan ketakutan yang amat
dalam. Semacam perasaan yang sama saat dimana kamu memenangkan sebuah
perlombaan, namun saat kau telah berdiri di podium, ternyata sang Juri salah
memanggil namamu. Dengan semua keberanian yang tersisa kamu akan mendongak dan
memastikan keberadaan dirimu. Yah, aku takut bahwa suatu ketika aku akan merasakan
ketakutan juga rasa malu yang amat dalam merasuki setiap aliran darahku seperti
itu. Setiap kali aku memikirkan kamu, aku merasa bahwa seharusnya aku tak pernah
memikirkan kamu. Namun setiap kali itu pula, aku selalu melupakan ketakutan
itu. Dan mengabaikan rasa malu.
Aku mungkin gadis yang masih lugu waktu itu. Dan
segala hal akan kamu selalu membuatku tertarik. Aku mungkin gadis yang tak pernah
ragu mencintai seseorang. Karena pada kenyataannya kamu masih membuatku
terpaku. Bahkan sampai saat ini. Jika saja kamu tahu, bahwa aku memperhatikanmu
dari kejauhan. Dan jika saja kamu tahu, bahwa aku, dulu juga sekarang masih
selalu ingin tahu tentang dirimu. Namun aku tak ingin kamu tahu aku. Karena aku
kini berada dillingkaran masa lalu yang menghalangiku untuk sekedar
berbincang-bincang denganmu. Karena aku yang kini tidak selugu masa lalu. Dan karena
kamu begitu menyialukan aku. Bahkan disaat mataku berpendar karenamu. Aku masih
belum bisa menatap dirimu. Karenanya aku hanya mampu menangkap bayanganmu. Dan setidaknya
aku mampu menatap bayanganmu tanpa perlu mengimbangi silaunya sinarmu.
Kamu mungkin
mengajukan pertanyaan yang kamu anggap lucu. Berlaga seolah-olah kamu tahu
bahwa aku menatapmu begitu lama. Dan dengan gurauan itu, kamu tahu? Aku merasa
sakit.sakit karena kamu berlagak tahu aku. Dan aku pun masih selalu tersenyum
menjawab pertanyaanmu. Jika saja kamu tahu bahwa terrkadang ada fakta dalam
setiap tulisan yang berjajar rapi itu. Yang dalam beberapa detik akan kau baca,
maka aku akan mendapati diriku berada diambang batas yang seharusnya tak pernah
aku jamah. Dan jika saja aku telah melewati ambang itu, maka kupastikan sinar
yang akan selalu kulihat, beranjak menjauh dariku. Yah, kau akan menjauh. Menyisakan
guratan kesedihan dalam sinarmu. Dan pada akhirnya aku tak akan pernah
mendapati seberkas sinar yang selalu menyilaukan aku. Tak pernah bisa menatap
bayangan yang membuatku damai. Atau aku akan kehilangan rasa was-was yang
selalu menghantui aku kala aku menengokmu lewat dinding tebal itu.
Ketika aku memutuskan
memperhatikan seseorang, aku tak pernah berpikir bahwa aku akan mendapat
perhatian pula dari dirinya. Dan itu selalu aku lakukan hingga sekarang. Ini mungkin
karena aku adalah gadis dungu. Dungu karena aku telah tahu bahwa kamu adalah
sinar, dan aku adalah bayangan. Dungu karena aku tahu bahwa kamu adalah puncak
yang tak akan pernah mampu aku tuju. Dan dungu karena aku tahu bahwa
memperhatikanmu adalah hal terberani dalam hidupku. Namun aku masih tetap
melakukan itu.
Aku akan bertanya pada siapa saja
tentang apa itu cinta, dan bagiamana bentukanya? Namun ketika seseorang dengan
suka rela memaparkan jawabannya, aku akan berlari menutup telinga. Tak pernah
berani mendengarkan penjelasan tentang cinta walau hanya satu katapun. Dan setiap
kali aku bimbang, maka aku akan bersembunyi dan mengakhiri semuanya. Tanpa pernah
tahu jawaban yang sebenarnya.
Adakalanya aku begitu tak tahan
dengan sekat masa lalu yang selalu membebaniku. Dan sahabatku selalu memberiku
semangat untuk datang padamu. Dan menanyakan apakah aku ada didalam pikirannya?
Apakah aku pernah membuatnya khawatir, apakah aku pernah sejenak membuatnya
tersenyum, atau apakah aku ada dihatinya walau hanya semenit? Namun ketika aku
memikirkan jawaban yang mungkin akan keluar dari mulutmu, aku sudah lumpuh. Tak
pernah bisa bergerak ke arahmu.karenanya aku selalu memutuskan berhenti dititik
ini. Dan memilih melihatmu dari jauh.
Aku mungkin gadis paling egois
yang pernah ada. Karena dari pada menyakan perasaanmu? Aku lebih memilih diam
dan menjaga hatiku lebih aman. Menjauhkan hatiku dari berbagai hal yang
kemungkinannya adalah membuatnya hancur. Karenanya aku tak pernah mau tahu
perasaanmu.
Ada rasa kecewa saat kamu
mengatakan bahwa kau merindukanku. Meski pada dasarnya aku tahu bahwa kau
selalu menganggap ini gurauan. Karena dengan kamu melakukan ini, aku akan
bertanya dalam hati. Bahwa, apakah kau juga melakukan hal yang sama terhadap
gadis lain? Apakah aku bukan satu-satunya yang mendapatkan candaan seperti itu?
Dan aku selalu memilih jawaban yang paling buruk. Dan selalu menilaimu dengan
penilaianku yang paling buruk, meski aku tahu, bahwa itu tidak benar, toh aku
masih belum bisa mengubah jawabanmu yang aku jawab sendiri. Yah kau tahu, itu
karena aku memang gadis paling egois.
Dan kini, pada saat ini. Aku mengetik
kata-kata yang berderet rapi ini dengan senyuman. Kau tanyakan apakah aku sudah
mendapat penggantimu? Ingin rasanya kujawab dengan sepatah kata, ‘belum’ namun
tetap saja ketakutan dan keegoisanku untuk
menjaga hatiku lebih besar dari rasa ingin tahu terhadapmu. Maka aku
mengatakan bahwa aku masih sibuk dengan hatiku sendiri. Jika mungkin kamu
mendapati tulisanku tentangmu, aku sangat yakin bahwa kau akan sangat marah,
atau tak habis pikir terhadapku? Mengapa aku melakukan ini, dan mengapa aku
lebih memilih bercerita, kenapa aku tidak mengatakan langsung padamu? karena
pada dasarnya aku terlalu takut dan tak pernah berani mendongak disaat aku
malu. Dan aku menemukan tulisan yang tak pernah akan menjawab setiap kata atau
setiap pikiranmu tentangku. Karena aku gadis paling egois. Yang akan menjaga
hatiku untuk tak pernah terluka kembali. Dan ketika aku menuliskan ini, pada
dasarnya aku sedang berdiri jauh dibelakangmu. Tersenyum padamu,dirimu yang tak
pernah tahu bahwa aku disitu. Melambaikan tanganku yang tak pernah dibalas
lambaian. Namun aku bahagia. Karena aku menemukanmu disela-sela ketakutanku dan
rasa malu yang sebenarnya belum pernah terungkap keberadaan dan kebenaran akan
setiap prasangkaku.
Dengan setiap kebahagiaan yang
ada aku menuliskan ini untukmu. Jadi maafkan aku tak pernah bertanya padamu.
Semarang,
Pedurungan Lor
11
Oktober 2012
By.
Laelatul Mubadingah
benar benar tersentuh hati sayaa,,segitunya kau padaku,,
BalasHapus